Thursday, January 4, 2018

Denting Piano Joey Alexander

Joey Alexander Sila Nomine Termuda Grammy Award
Pianis muda Indonesia Joey Alexander Sila memukau dunia.
Pianis asal Indonesia ini menjadi  nomine termuda di ajang Grammy Award.

Bibir dan geraham bocah berkacamata Rip Curl dengan gagang hitam tebal itu menghentak-hentak lembut mengikuti irama musik jazz yang dia mainkan. 
Matanya bergerak cepat mengikuti jemarinya yang bergerak lincah di atas tuts-tuts piano. Denting piano Joey Alexander Sila, pianis belia asal Indonesia itu memukau penonton dari panggung Grammy Awards 2017. Di ajang ini juga anak prodigy (ajaib) ini  sepanggung musisi-musisi dunia lainnya.
Penampilan Joey Alexander malam itu memberi warna baru pada khazanah jazz dunia. Putra Denny Sila dan Fara Leonara Urbach kelahiran Denpasar, Bali, 25 Juli 2003 ini menjadi nomine Grammy Awards 2017 untuk kategori Improvised Jazz Solo lewat lagu Countdown. Ini merupakan kedua kalinya, Joey masuk ke ajang bergengsi musisi dunia.
Sebelumnya, Joey juga menjadi nomine termuda di ajang Grammy Award 2016. Joey masuk untuk dua nominasi yaitu Best Instrumental Jazz Album untuk albumnya yang bertajuk My Favorite Things dan Best Improvised Jazz Solo untuk lagu Giant Steps yang terdapat di album tersebut.
Album My Favorite Things memang digarap serius dengan diproduseri oleh Jason Olaine yang juga menjadi produser terbaik Grammy Award. Joey juga berkolaborasi dengan tiga musisi muda asal New York : Russell Hall (bass), Sammy Miller (drums), dan Alphonso Horne (terompet).

Belajar Otodidak
Siapa yang menyangka, kepiawaian Joey memainkan piano diperoleh dengan belajar otodidak. Kedua orangtua Joey merupakan penggemar musik klasik jazz, terutama karya Loius Armstrong. Sejak di kandungan, dia sudah didengarkan dengan musik-musik klasik oleh kedua orangtuanya. Ketika kecil, Joey seperti sebuah anugerah yang langsung menjadi penggemar musik jazz. Dia hobi mendengarkan album-album  klasik milik ayahnya.
Pada usia 6 tahun, Joey belajar piano otodidak menggunakan keyboard listrik pemberian sang Ayah. Dengan keyboard mungil itu, Joey kecil piawai memainkan lagu Thelonius Monk, Weel You Needn’t. Kedua orangtua Joey takjub dengan kemampuan anak mereka.
Melihat bakat sang Anak, kedua orang tua Joey yang memiliki usaha wisata petualangan di Bali, meninggalkan usaha tersebut. Mereka pindah ke Jakarta agar Joey bisa dekat dengan musisi jazz papan atas Indonesia.  Joey sempat mengikuti kursus musik klasik, tapi yang sudah terlanjut jatuh cinta dengan jazz memilih untuk belajar secara otodidak.
Joey mengungkap, menyukai jazz karena tidak harus sesuai partitur, jazz lebih terbuka. Dalam musik jazz, Joey mengaku menemukan kebebasan, spontanitas dan eskpresi.

Koleksi Prestasi
Joey memulai debut sebagai pianis solo pada usia 8 tahun di acara UNESCO yang dihadiri ikon jazz dunia Herbie Hancock saat datang ke Indonesia. Setelah itu Joey terus tampil di berbagai festival jazz Jakarta dan luar negeri seperti Jazz Spot di Kemang, Serambi Jazz Goethe Hauss, Jakarta International Jazz Festival, World Youth Jazz Festival di Kuala Lumpur, dan pernah diundang UNESCO bermain di depan ikon jazz dunia, Herbie Hancock.
Keponakan Nafa Urbach ini sudah mencetak berbagai prestasi, diantaranya masuk dalam Billboard 200 di Amerika Serikat pada peringkat 174 (30 Mei 2015), dan menjadi artis kedua Indonesia yang sukses di Chart Billboard setelah Anggun C Sasmi.
Bahkan, di usia yang masih bau kencur, Joey berhasil menjadi jawara Grand Prix 1st International Festival Contest of JazzImprovisation Skill” di Odessa, Ukraina (Juni 2013). Sebagai pianis termuda, dia berhasil mengungguli 43 peserta dari berbagai belahan dunia. Joey dihadiahi tur keliling Eropa dan kontrak rekaman album.
Pada 2014, orang tua Joey memutuskan pindah ke New York dengan bantuan tokoh-tokoh jazz seperti Wynton Marsalis (peniup terompet). Dari sini, Joey mulai menata karirnya sebagai pianis kelas dunia. Ini dibuktikan oleh Joey dengan dua kali menjadi nomine Grammy Award dan berbagai prestasi tingkat dunia lainnya. 

Blog ini tempat berbagi informasi dan inspirasi dari penulis


EmoticonEmoticon