Hafiz cilik Indonesia, Musa La Ode Abu Hanafi. |
Musa La Ode Abu Hanafi dengan tenang melanjutkan bacaan dari potongan ayat yang
dibacakan oleh salah satu juri pada ajang Musabaqah Hifdzil Quran (MHQ) Internasional
Sharm El-Sheikh, Mesir. Tilawah Musa menggema di ruangan perlombaan.
Ayat-demi
ayat dilantunkan dengan lancar. Tak
terasa, air mata merinai di wajah Ketua
Dewan Juri Sheikh Helmy Gamal, Wakil Ketua Persatuan Quraa Mesir dan sejumlah
hadirin.
Musa La Ode Abu Hanafi masih berumur 7 tahun, tapi dia sudah menghafal 30 juz Al
Quran. Walau menjadi peserta termuda di ajang Hafiz Tingkat Dunia pada 10-14
April 2016 itu, Musa mampu menyabut
juara III untuk kategori anak-anak.
Musa
merupakan satu-satunya peserta asal Indonesia yang unjuk kemampuan hapalan
Quran bersama 80 peserta dari 60 negara, diantaranya Mesir, Sudan, Arab Saudi,
Kuwait, Maroko, Chad, Aljazair, Mauritania, Yaman, Bahrain, Nigeria, Malaysia,
Brunei Darussalam, Filipina, Thailand, Australia, Ukraina, dan Indonesia serta
negara-negara lainnya.
Prestasi
Musa dalam hapalan Al Quran mendapat apresiasi dari Menteri Wakaf Mesir Prof Dr
Mohamed Mochtar Gomaa. Dia mengundang Musa dan ayahandanya, La Ode Abu Hanafi
pada peringatan Malam Lailatul Qadar Ramadhan 2017.
Pemerintah Mesir menanggung
biaya tiket dan akomodasi selama mereka berada di Mesir. Menteri Gomaa
menyampaikan takjubnya kepada Musa yang berusia paling kecil dan tidak bisa
berbahasa Arab, tapi menghapal Alquran dengan sempurna.
Disiplin Tinggi
Musa
La Ode Abu Hanafi lahir di Bangka Barat pada 26 Juli 2008. Merupakan anak pertama dari lima bersaudara
pasangan Yulianti dan La Ode Abu Hanafi.
Selain anugerah dari Allah, kemampuan hapalan Quran yang dimiliki Musa juga
berkat keistiqomahan Ayah Bundanya mendampingi pendidikan anak-anak mereka.
Ayah
Musa hanyalah seorang pedagang yang memiliki toko kecil dan sepi pengunjung,
serta mencari getah karet untuk mencukupi kebutuhan keluarga.
Selama
dalam kandungan hingga usia dua tahun, Musa lebih banyak mendapatkan pendidikan
dari Ayah dan Bundanya yang selalu mengeraskan bacaan shalat, dan membacakan doa
harian di depan anak-anak. Kemudian melalui CD-CD murottal dan pengajian.
Ketika
masuk usia 2 tahun, Ayah dan Bundanya baru mulai memberikan jadwal hapalan
secara disiplin bakda subuh dan bakda manghrib. Awalnya hanya sekitar 5 menit,
tapi disiplin dan rutin.
Setelah hapalan semakin panjang, maka waktu hapalan juga
bertambah dengan sendirinya yaitu bakda subuh, bakda zuhur, bakda ashar, dan
bakda maghrib. Peningkatan jumlah hapalan disesuaikan dengan kemampuan Musa.
Orangtua
Musa juga sangat disiplin menjauhkan sejak dini anak-anak mereka dari pengaruh
tontonan televisi, dan musik. Namun, anak-anak tetap diberi jadwal dan waktu
bermain dengan memfasilitasi anak-anaknya berbagai mainan edukatif.
Koleksi Prestasi
Pada
usia 5,5 tahun, Musa mampu menghapal 29 juz Alquran, dengan kedisiplinan
merojaah setiap harinya 5-6 juz. Untuk memotivasi Musa dan anak-anak seusia
Musa, maka orangtua Musa kerap mengikutkan anaknya ke berbagai perlombaan
hapalan Quran.
Musa pernah mengikuti Lomba Hafiz Cilik di stasiun televisi
swasta, lalu Lomba Hafalan Quran di Jeddah menduduki peringkat ke-12 dengan
nilai mumtaz 90,83 poin dari 100 nilai sempurna.
Pada
Agustus 2014, Musa memperoleh piagam penghargaan
tingkat nasional dari MURI sebagai Hafiz Al Quran 30 Juz termuda di Indonesia.
Dan, perstasi terbarunya meraih peringkat III MHQ Internasional Sharm El-Sheikh,
Mesir pada April 2016.
Saat ini, Musa dan orangtuanya kerap diundang mengisi
pengajian, dan acara televisi tentang cara mendidik anak menghapal Alquran.
Musa juga kerap diuji utnuk melanjutkan
bacaan ayat pada surah-surah tertentu dalam Alquran.
3 komentar
Keren mb tulisannya. Musa memang luar biasa begitu pula orang tuanya. Inspiratis sekali.
Iya mbak Siti Nuryani, pas nulis saya juga jadi mikir sendiri mbak, bisa nggak ya saya dan suami menerapkan hal tersebut pada anak, disitu kadang saya jadi sedih, 😅
Thanks for sharing, kunjungi juga http://bit.ly/2YfdlXg
EmoticonEmoticon